Saturday, December 3, 2011

Sepercik Kisah Ket[j]il

Berawal dari pertemuan yang [bukan] kebetulan lewat  Pro[j]ek Mimpi yang melahirkan sebuah 'perahu' kecil dengan semangat besar berbendera Lentera Mahadaya, akhirnya pada 3 Desember tahun kelinci pertemuan pertama sahabat Lentera berhasil dilangsungkan.

Dengan persiapan yang terbilang sederhana sehingga kami memberi judul pada guratan pena mengenai undangan acara ini dengan Persembahan Ket[j]il #1, para awak 'perahu' kecil ini mendayung bersama dengan aura perdamaian.

Acara yang juga menjadi bentuk puji syukur dari salah satu  pencetus utama dari Lentera Mahadaya [Seorang muallaf yang memilih untuk dipanggil Sylvi yang bekerja di dunia kesehatan untuk tujuan kemanusiaan] yang telah menempuh tahun ke-7 memeluk agama Allah.  Dengan dukungan penuh oleh Aisyah Ie yin Gozali Ishar [Account Manager sebuah EO dan muallaf yang berasal dari keturuan Tionghoa], Seorang penulis dan pekerja kemanusiaan yang terlahir sebagai Bernadette Irene dan berhijrah sehingga diberkati dengan nama Irene Ni'matul Maula Az-zahra, Pradipta Nugrahanto, [jurnalis dan penulis buku yang tengah mencoba mencurahkan titipan kemampuan menulisnya untuk berbagai hal yang mengandung elemen kebaikan], juga Andre [muallaf Tionghoa yang sempat kuliah di negeri Paman Sam] dan Riza [donatur lenteramahadaya.org].

Lebih dari 20 orang menaiki perahu kecil ini, dan saling berbagi kisah inspiratif dalam suasana yang penuh kehangatan. Di lembaran kertas dunia maya ini, kami mencoba menggores pena untuk seutas kalimat dari dua muallaf [William dan Steven Indra] dalam kotak kecil ini.

Bagi seorang pria bernama lengkap Muhammad William Djonaedy yang dalam perkenalannya menyebut dirinya sebagai William saja, perjalanan untuk memeluk Islam justru berawal dari rasa benci. Pemberitaan miring yang tersebar tanpa saringan di dunia maya memang kerap membuat banyak orang menancapkan stigma kontradiktif positif, termasuk juga dalam diri William. Kesehariannya yang masih mendapatkan support finansial dari orang tua membuatnya tidak terfokus untuk mengumpulkan pundi-pundi penopang kehidupan dan sibuk berkutat di depan layar monitor sembari beradu argumen dan memberikan komen negatif seputar agama Allah di berbagai jejaring sosial.

Namun di suatu sore, tanpa sengaja lantunan ayat suci didengar William dari Masjid yang berada di dekat tempat ia tinggal. Sejenak ia terenyuh dan merasakan sesuatu yang berbeda karena sebelumnya belum pernah ia mendengar pembacaan kitab suci dengan lantunan.

Berawal dari peristiwa yang menggetarkan hatinya itu, ia mencoba mencari informasi mengenai muallaf. Tentu teman-teman terdekatnya yang kerap menemaninya berdebat mulai bertanya-tanya. Namun jawabannya hanya sederhana "gue mau ajak debat", ujarnya. Tentu maksud sebenarnya bukan demikian. Perjalanan waktu tidak serta merta membuat William berhijrah walau keinginan membuncah. Hingga di suatu Shalat Tarawih di bulan Ramadan, ia hanya berani berdiri di luar masjid karena takut salah ketika shalat.

Pengakuan pada keluarga ketika sudah berpindah keyakinanpun tidak mudah. Berawal dari ancaman tidak akan diakui sebagai anak, hingga berbagai opini negatif lainnya. Namun niat yang tulus selalu berbuah manis, hingga akhirnya keluargapun mendukung sepenuhnya keputusan besar ini. Ketika keputusan untuk menikah menghampiri, pertentangan dari keluarga kembali menghampiri. Lagi-lagi sang pencipta semesta membukakan jalan dan mempertemukan William dengan belahan hatinya, Risdawati Idris yang dalam pertemuan dengan
Lentera Mahadaya juga turut mendampingi William bersama buah hatinya.

Muallaf kedua yang kami retas dalam lembaran ini adalah Steven Indra. Perjalanannya menjadi muallaf juga tidak semulus jalan bebas hambatan. Mulai dari harus menandatangani surat tidak akan lagi menerima warisan keluarga, hingga harus menahan luka fisik yang menyakitkan.

Tidak ada niat baik yang berakhir tanpa berkah. Meskipun harus berjalan tertatih demi menjalankan keyakinan pilihan, semua itu justru menguatkan Steven. Pergerakannya lewat www.mualaf.com adalah satu bukti kepeduliannya terhadap sesama sahabat, dan mengukuhkan bila kita semua adalah satu MUSLIM.

-Lentera Mahadaya-
Muda dan Mencinta Islam dengan Segala Isinya

2 comments:

  1. subhanallah... keren!!
    abis baca ini baru deh nyesel ga ikutan hadir..
    maap bros n sists, kesiangan saya malemnya begadang ada pe'er kerjaan..

    ijin share tontonan keren (in english):

    part 1 http://www.youtube.com/watch?v=s8b3wNXEyPA
    part 2 http://www.youtube.com/watch?v=0bOXYaG5rSY
    part 3 http://www.youtube.com/watch?v=SEXq6VEZlxg
    part 4 http://www.youtube.com/watch?v=U2Ti1AralDw
    part 5 http://www.youtube.com/watch?v=GF2eSgmDHFc
    part 6 http://www.youtube.com/watch?v=I-9gvgBJhnQ

    yg pernah nonton insya'Allah akan pengen nonton lagi deh :)
    mudah2an bermanfaat, amin..

    wassalamu 'alaikum.
    -bounty-

    ReplyDelete
  2. Semoga Allah meneguhkan hati saudara/i ku semua di atas jalan-Nya yang lurus. Amin.

    ReplyDelete