Berikut adalah artikel tentang penemuan-penemuan spektakuler dari  para ilmuwan Islam di abad pertengahan. Meski saat ini masih ada yang  beranggapan keliru dengan mengatakan bahwa “Rentang waktu kala itu  adalah masa yang sia-sia”, ternyata pada dasarnya di dunia Islam telah  muncul mutiara peradaban yang tidak terkira gemilangnya.
Kejayaan peradaban Islam pernah di wakili  oleh Baghdad, Mesir, Andalusia, India dan lainnya. Di tempat itu  lahirlah karya-karya yang luar biasa sehingga dapat menggetarkan dunia.  Para ilmuwan, cendikiawan, sarjana, ahli fiqih bahkan para penguasanya  pernah dengan sungguh-sungguh terobsesi pada ilmu pengetahuan.  Akibatnya, muncullah sebuah tatanan kehidupan yang baik dan maju dalam  sejarah dunia.
Banyak yang telah dilahirkan oleh peradaban Islam bagi dunia. Hingga  saat ini, manfaatnya masih bisa dirasakan dan terus dilakukan  pengembangan lebih lanjut demi kemudahan. Dan untuk lebih jelasnya mari  kita telusuri beberapa penemuan dari para ilmuwan Muslim tersebut. Di  antaranya:
1. Teori Relativitas Al-Kindi
Teori relativitas ternyata telah lama dicetuskan oleh ilmuwan Muslim di  abad ke 8 Masehi. Dialah Abu Yusuf bin Ashaq al-Kindi. Ia adalah seorang  ilmuwan dan filsuf Muslim keturunan Yaman dan lahir di Kufah tahun 185  H/796 M. Ilmuwan yang di kenal sebagai Alkindus di Barat ini menyatakan  bahwa manusia adalah makhluk relatif dan terbatas. Walaupun semua  makhluk individu tidak terbatas banyaknya, namun waktu, gerak, badan dan  ruang adalah terbatas. Intinya, Al-Kindi hendak menyatakan bahwa “Waktu  itu ada (eksis) karena ada gerak. Gerak itu adak karena badan/tubuh  yang bergerak…. Jika tidak gerak, ada tubuh yang diperlukan untuk  bergerak; jika ada badan, ada gerakan yang dilakukan”. Dengan kata lain,  ruang, waktu, gerakan dan benda itu bersifat relatif satu sama lain dan  tidak dapat berlaku sendiri (independent) atau absolut. Seluruhnya  bersifat relatif terhadap objek-objek lain dan terhadap si pengamat.
Teori yang di gagas Einstein juga hampir sama. Ia menyatakan bahwa  “Eksistensi-eksistensi dalam dunia ini terbatas, walaupun eksistensi itu  sendiri tidak terbatas”. Tentu saja karena kedua ilmuwan ini hidup dan  berkarya di zaman yang berbeda, maka temuan dari Einstein akan lebih  mendetail dan dijelaskan dengan dukungan penelitian dan pengujian  ilmiah. Bahkan telah terbukti dengan adanya ledakan bom atom di Nagasaki  dan Hiroshima. Namun yang jelas, ternyata teori relativitas yang di  gagas oleh Albert Einstein pada abad ke 20 telah lebih dulu di temukan  oleh ilmuwan Muslim yaitu Abu Yusuf bin Ashaq al-Kindi sekitar seribu  seratus tahun sebelumnya.
Sesungguhnya, konsep tentang relativitas ruang dan waktu ini sudah  tidak asing lagi bagi kalangan ilmuwan Islam terdahulu. Karena di dalam  Al-Qur`an telah disebutkan berbagai ayat yang mengisyaratkan relatifnya  ruang dan waktu, seperti:
“Sesungguhnya sehari disisi Allah adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu” (QS. Al-Hajj [22] : 47).
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (Urusan) itu  naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu  tahun menurut perhitunganmu” (QS. As-Sajdah [32] : 5)
Jadi, sekarang apakah kita tidak bangga dan termotivasi untuk mengembalikan kejayaan Islam itu.
 2. Observatorium buatan Nasir ad-Din at-Tusi (Malagha) dan Ulugh Beg
2. Observatorium buatan Nasir ad-Din at-Tusi (Malagha) dan Ulugh Beg
Menurut catatan sejarah, observatorium pertama yang di buat manusia  adalah yang di bangun pada zaman Yunani kuno oleh seorang asronom yang  bernama Hipparchus pada tahun 150 SM. Sejak saat itu di seluruh dunia  membangun observatorium hanya mencontoh mentah-mentah bangunan ini  hingga belakangan ilmuwan Islam lah yang mengoreksinya. Tahun 1259 M,  Nasir ad-Din at-Tusi lah yang melakukan hal itu. Ia memimpin beberapa  astronom Muslim untuk membangun sebuah observatorium di Malagha.  Observatorium itu pun dilengkapi dengan perpustakaan yang koleksi  bukunya mencapai 400 ribu judul lebih.
 
 
Selain itu, sebuah obsernatorium yang lebih canggih dibangun di  Samarkand dengan nama Ulugh Beg. Seorang ahli astronomi Barat, Kevin  Krisciunas dalam tulisannya berjudul The Legacy of Ulugh Beg  mengungkapkan, obserbatorium termegah yang dibangun sarjana Muslim  adalah Ulugh Beg. Observatorium itu di bangun seorang penguasa keturunan  Mongol yang bertahta di Samarkand bernama Muhammad Taragai Ulugh Beg  (1393-1449). Dia adalah pejabat yang menaruh perhatian terhadap  astronomi. Ketertarikannya itu bermula ketika dia mengunjungi  observatorium di Malagha yang di bangun oleh astronom terkemuka, Nasir  ad-Din at-Tusi.
 
 

Geliat pengkajian astronomi di Samarkand mulai berlangsung pada tahun  1201 M. Namun aktivitas astronomi yang sesungguhnya di wilayah  kekuasaan Ulugh Beg mulai berlangsung sejak tahun 1408 M. Sejak saat itu  semangat pengkajian astronomi di Samarkand mencapai puncaknya ketika  pejabat dan ahli astronomi itu memerintahkan membangun sebuah  observatorium Ulugh Beg (sesuai dengan namanya) untuk kepentingan  penelitian. Namun sayang, setelah Ulugh Beg meninggal maka observatorium  itu mulai di abaikan hingga akhirnya rusak dan terbengkalai.
3. Sistem air mancur temuan Banu Musa bersaudara
Dalam berbagai catatan sejarah, terungkap bahwa umat Islam menjadi umat  pertama yang menggunakan media air dalam rancangan sebuah taman. Di  samping itu, masjid, istana, rumah juga ikut menggunakan media air ini  dalam mempercantik arsitekturnya. Namun sayang hanya sedikit atau bahkan  tidak ada lagi yang pernah mengangkat hal ini, bahwa ilmuwan Muslim lah  yang pertama-tama mengenalkan sistem air mancur.
Banu Musa bersaudara telah meninggalkan warisan yang berharga bagi  umat Islam, yaitu karya-karya yang terangkum di dalam kitab  Al-Hiyal  (kitab perangkat mekanik) yang bermanfaat dalam perkembangan teknik dan  arsitektur Islam. Dalam kitab ini Banu Musa bersaudara membuat rancangan  air mancur dalam berbagai teknik. Prinsip-prinsip geometri dan fisika  telah mereka terapkan dalam pembuatan air mancur dan mereka juga telah  mampu membuat tujuh model rancangan air mancur. Sungguh menakjubkan.
4. Resep pembuatan sabun ala Ar-Razi
Sabun telah di kenal oleh umat Islam sejak abad ke 9 Masehi. Dikenalkan  pertama kali oleh ilmuwan Muslim yang bernama Ar-Razi atau di Barat  sebagai Razes. Menurut Razi untuk membuat sabun di butuhkan campuran  beragam minyak tumbuhan (diantaranya minyak zaitun) dan mencampurnya  dengan sodium hidroksida serta bahan-bahan aromatik seperti thyme.
Betapa hebatnya para ilmuwan Muslim terdahulu. Mereka telah benar-benar menerapkan salah satu sabda Rasulullah SAW bahwa 
“Kebersihan itu sebagian dari iman”.  Selain Ar-Razi, para ahli kimia Muslim abad pertengahan juga telah  menemukan sabun wangi yang berwarna serta sabun cair. Bahkan baru-baru  ini telah ditemukan sebuah manuskrip dari abas ke 13 yang berisi tata  cara pembuatan sabun secara lebih mendetail. Berikut penjelasannya:
“Sediakan sejumlah minyak wijen, sedikit potash, alkali dan  beberapa jeruk lemon. Kemudian, campur dan rebus bahan-bahan tersebut.  Setelah masak, tuangkan campuran penas tersebut dalam cetakan lalu  biarkan sampai menjadi dingin. Maka jadilah sabun batangan”
Sungguh mengherankan bila di Eropa pada abad pertengahan para raja  dan kalangan bangsawan masih menggunakan air seni manusia untuk mencuci  baju dan mandi, peradaban Islam telah menikmati sabun dalam bentuk  batangan. Tapi ironisnya, sumbangsih peradaban Islam ini tidak  disebutkan dalam banyak buku sejarah penemuan dunia. Kurun waktu dari  abad ke 1 hingga 15 diloncati begitu saja seolah-olah lima belas abad  itu tidak ada artinya.
6. Sampo buatan Sake Dean Mahomet
Tahukah Anda siapa yang memperkenalkan pertama kali sampo ke dunia  Barat? Dialah seorang Muslim dari Benggali (India) bernama Sake Dean  Mahomet yang membawa sampo ke daratan Eropa pada tahun 1759. Dia  kemudian memperkenalkan sampo di Inggris dengan membuka “Mahomed`s  Indian Vapor Baths” atau “Pemandian wangi gaya India milik Mahomet” di  kawasan pelabuhan Brighton. Pemandian ini lebih mirip dengan pemandian  gaya Turki atau Turkish Baths dimana ia juga menawarkan pijat terapi  kulit kepala atau champi (mengeramas). Mahomet bahkan kemudian di tunjuk  sebagai seorang ahli bedah khusus menyampo bagi raja George IV dan  William IV.
Sejak saat itu para penata rabut di Inggris kemudian mulai membuat  sampo dengan cara merebuh sabun batangan dengan air matang yang di  bubuhi dengan rempah-rempah untuk membuat rembut berkilau dan wangi.
***
Tulisan di atas hanya mengulas sedikit dari banyaknya temuan lain  dari para ilmuwan Muslim terdahulu. Sungguh merupakan kebanggaan bagi  penulis saat bisa membagikan informasi ini kepada para pembaca –  khususnya umat Islam – dengan tujuan untuk membuka wacana baru dan  memotivasi diri untuk lebih maju berkarya.
Namun sayang, banyak yang menduga pada era itu (abad pertengahan)  adalah abad yang sia-sia. Kalau pun menyadarinya itu tidak benar, tidak  sedikit yang menyembunyikan untaian mutiara ilmu pengetahuan itu dari  sejarah dunia. Bahkan yang lebih menyedihkan lagi adalah dari kita  sendiri sebagai umat Islam, kita tidak lagi bangga dengan fitrah diri  kita dengan mengabaikan fakta sejarah ini. Selain itu, kita tidak lagi  menjadikan apa yang dilakukan oleh pendahulu kita sebagai contoh  motivasi untuk lebih maju dan terus berkarya demi mengikuti persaingan  dunia. Padahal kita memiliki modal untuk menjadi kaum yang paling  berjaya di seantero dunia.
Mari dari sekarang kita berniat dan meneguhkan semangat usaha demi  membangkitkan kejayaan umat Islam. Karena hakekatnya itu adalah wujud  nyata dari menegakkan ajaran yang termaktub di dalam agama kita
(Al-Qur`an dan As-Sunnah).
Mashudi Antoro (Oedi`)
 [Referensi: buku "Sumbangan-sumbangan karya sains super dahsyat Islam abad pertengahan", karya; Diyan Yulianto & M.S Rohman]